Gegap gempita masyarakat Indonesia menyambut momentum kemenangan Idulfitri kembali bisa dirasakan setelah pandemi Covid-19 melanda dan mewabah di berbagai negeri. Kementerian Perhubungan merilis, sebanyak 123,8 juta penduduk Indonesia, tahun ini melakukan tradisi mudik ke berbagai penjuru negeri, di hampir seluruh provinsi di Indonesia.
Tak hanya momen sakral dan spiritual seperti silaturahmi dan pertemuan penuh kehangatan bersama orang tua, keluarga, dan masayarakat di kampung halaman, tradisi mudik juga menjadi penggerak ekonomi yang amat dahsyat. Data yang dirilis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 20 April 2023, perputaran ekonomi selama mudik mencapai 240,1 triliun rupiah. Disebutkan, pengeluaran rata-rata tahun 2023 yang baru empat bulan ini setara dengan akumulasi pengeluaran rata-rata kurun 2019-2021.
Perayaan Idulfitri juga menjadi momentum menggembirakan bagi seniman dan budayawan di banyak daerah. Berbagai perayaan dan ritual budaya dilakukan di setiap daerah, dari Sabang sampai Merauke, dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga nasional. Fenomena ini, tentu saja, menjadi kekhasan Indonesia yang tidak dijumpai di banyak negara lainnya. Sebuah kombinasi yang amat harmoni antara agama yang transenden dengan nilai-nilai tradisi yang amat fleksibel dan berbeda pada tiap daerah.
Fakta ini, tentu saja, patut disambut baik oleh seluruh komponen, termasuk Kementerian Agama, khususnya lagi Direktorat Penerangan Agama Islam yang memiliki tusi terkait Seni, Budaya, dan Siaran Kegamaan Islam. Apalagi, Kemenag telah, tengah, dan terus melakukan penguatan Moderasi Beragama agar terimplementasi di tengah masyarakat guna menyuburkan kerukunan. Salah satu indokator dari keberhasilan Moderasi Beragama adalah adaptif terhadap budaya lokal.
Menguatkan gagasan ini, kita bisa merujuk pada Hadis Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa Allah SWT Maha Indah (Jamiil) dan mencintai keindahahan. Hadis yang amat masyhur ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan banyak dikutip di berbagai kajian oleh banyak ulama.
Sebagai penjelas riwayat tersebut, seni dan budaya merupakan cermin dan ejawantah dari nilai keindahan, keserasian, hingga upaya menuju kesempurnaan. Tak berlebihan rasanya jika keindahan seni dan budaya menjadi tafsir dan refleksi dari keindahan penciptaan Allah yang sempurna dan disebutkan dalam hadits riwayat Imam Muslim tersebut.
Indikasi Degradasi
Dalam seni dan budaya Islam, keindahan dan kesempurnaan bisa ditemukan dalam kaligrafi, ukiran, seni rupa, arsitektur, tarian, musik, berbagai kisah dalam cerpen dan novel. Seni Islami juga bisa ditemukan dalam berbagai bentuk interaksi dengan Al-Qur’an, seperti tartil dan tilawah yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat melalui peran para qari dan terus dirawat melalui Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) di berbagai jenjang.
Kekayaan seni dan budaya Islam yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia ini perlu terus dirawat dan dilestarikan. Apalagi ada fenomena, minat terhadap seni dan budaya Islam mengalami penurunan dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini disebabkan oleh perubahan sosial dan ekonomi yang pesat, modernisasi dan globalisasi, serta keterbatasan akses dan pemahaman terhadap seni dan budaya Islam.
Beberapa bukti penurunan seni dan budaya Islam ditandai dengan berkurangnya pengakuan publik, perubahan budaya yang memengaruhi keberlangsungan seni dan budaya Islam, serta terbatasnya pengembangan karena keterbatasan dana dan dukungan berbagai komponen yang seharusnya terlibat dan peduli.
Diperlukan upaya revitalisasi seni dan budaya Islam dengan memberikan rekognisi (pengakuan), afirmasi (peneguhan), fasilitasi (dukungan), serta peningkatan pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai seni dan budaya Islam.
Langkah inilah yang telah, tengah, dan akan terus diupayakan Direktorat Penerangan Agama Islam Kementerian Agama untuk merawat dan mengembangkan seni, budaya, dan tradisi Islam di Indonesia. Melalui berbagai program strategis, seni dan budaya diharapkan menjadi wadah atas ekspresi keagamaan yang bernuansa keunikan dan keindahan Islam khas Indonesia.
Revitalisasi Seni dan Budaya Islam di Indonesia
Isu revitalisasi seni dan budaya Islam Indonesia menjadi penting karena kondisi saat ini yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat. Kehidupan modern yang semakin didominasi oleh teknologi dan budaya global membuat banyak generasi muda kehilangan identitas dan pengakuan terhadap kebudayaan lokal dan agama yang (sebenarnya) telah menjadi bagian dalam kehidupan dirinya sejak belum lahir.
Fenomena ini mengancam eksistensi seni dan budaya Islam Indonesia yang memiliki nilai historis, estetis, dan spiritual yang tinggi. Minimnya perhatian dan dukungan stakeholders dalam memperkenalkan dan melestarikan seni dan budaya Islam Indonesia juga menjadi salah satu kendala dalam upaya revitalisasi ini.
Di sisi lain, beberapa masalah seperti kurangnya sumber daya, pendanaan, infrastruktur yang memadai, serta kurangnya pengakuan dan apresiasi terhadap seni dan budaya Islam Indonesia juga menjadi tantangan revitalisasi. Hal ini membuat revitalisasi seni dan budaya tidak berjalan optimal bahkan terkesan jalan di tempat. Masalah lain yang muncul adalah perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terus berlangsung dan mempengaruhi perkembangan seni dan budaya Islam Indonesia.
Peran Strategis
Seni dan budaya Islam Indonesia dalam konteks ini merujuk pada keseluruhan warisan kebudayaan dan nilai-nilai Islam yang telah berpengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia.
Seni Islam Indonesia bisa ditemukan dalam berbagai karya seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater, dan sastra. Seni Islam juga bisa dinikmati dalam berbagai karya arsitektur bangunan-bangunan yang memiliki ciri khas Islam, seperti masjid-masjid, pesantren, istana, dan kerajaan Islam yang hampir bisa ditemukan di setiap provinsi di Indonesia.
Sedangkan budaya Islam Indonesia mencakup berbagai kebiasaan dan tradisi yang mencakup kebiasaan-kebiasaan atau praktik-praktik yang dilakukan masyarakat Muslim Indonesia dan telah dilakukan secara turun-temurun hingga puluhan bahkan ratusan tahun.
Seni dan budaya Islam Indonesia merupakan bagian integral dari kekayaan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pengembangan seni dan budaya ini dapat memperkuat identitas kebudayaan Indonesia dan mengembangkan potensi ekonomi dalam industri kreatif seni dan budaya.
Dalam upaya meningkatkan pengembangan dan pelestarian seni budaya melalui revitalisasi ini, perlu dimasifkan informasi seputar peran strategis yang diemban seni dan budaya Islam Indonesia. Setidaknya ada lima peran yang perlu terus dikampanyekan kepada masyarakat di berbagai kesempatan melalui berbagai jenis media.
Pertama, sebagai identitas bangsa. Seni dan budaya Islam di Indonesia merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang dipengaruhi ajaran Islam. Sebagai layaknya warisan, seni dan budaya Islam menjadi bagian penting dari identitas bangsa karena memberikan ciri khas tersendiri pada masyarakat Muslim di Indonesia yang sukar bahkan tidak ditemukan pada msayarakat Muslim di negara lain.
Kedua, sebagai sarana dakwah. Seni dan budaya Islam di Indonesia merupakan sarana dakwah dan penyebaran ajaran Islam. Acara selamatan saat ada hajat warga atau tahlilan saat ada warga yang meninggal dunia telah menjadi tradisi sekaligus momentum menyebarkan nilai-nilai keagamaan dan memberikan pemahaman tentang ajaran Islam.
Ketiga, sebagai media pendidikan. Seni dan budaya Islam di Indonesia merupakan media pendidikan bagi masyarakat Muslim. Melalui seni musik, puisi, dan sastra, masyarakat lebih mudah dalam mempelajari dan memahami ajaran Islam serta nilai-nilai keagamaan.
Keempat, sebagai sarana pengembangan ekonomi. Seni dan budaya Islam di Indonesia tidak hanya bermanfaat dalam hal sprititual atau sejarah semata. Seni dan budaya Islam juga menjadi sarana pengembangan ekonomi yang amat potensial. Banyak seniman, budayawan, pengrajin, dan pelaku usaha yang meraup keuntungan ekonomi melalui karya seni dan budaya. Berbagai pengembangan dan karya seni budaya Islam terbukti menjadi sumber penghasilan hingga menjadi pendukung utama dalam perkembangan kemajuan destinasi wisata di Indonesia.
Repositori Seni dan Budaya Islam
Gagasan konsep repositori dalam revitalisasi seni dan budaya Islam Indonesia merupakan upaya menyediakan tempat yang terpusat bagi dokumentasi, preservasi, dan penyebarluasan konten seni dan budaya Islam Indonesia. Repositori bertujuan mempromosikan dan mengembangkan kesadaran pentingnya warisan seni dan budaya serta memperkaya pemahaman kekayaan budaya bangsa melalui satu platform besar yang berisi beragam jenis konten atau materi.
Materi atau konten yang terkumpul di dalam repositori ini meliputi foto, video, rekaman audio, buku, artikel, dan publikasi lainnya terkait seni dan budaya Islam Indonesia. Repositori ini dapat menggunakan sistem pengelolaan yang terintegrasi untuk memudahkan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, dan penyebaran materi. Repositori ini diproyeksikan bisa diakses secara online dan bebas biaya oleh semua pihak yang tertarik, dan akan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengumpulan dan penyebaran informasi.
Dengan aksesibilitas yang mudah dan partisipasi aktif masyarakat, konsep repositori diharapkan menjadi salah satu upaya menjaga kekayaan budaya bangsa dan memperkenalkannya kepada dunia internasional. Selain itu, repositori ini juga dapat membantu mempromosikan seni dan budaya Islam Indonesia serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran berkelasnya warisan seni dan budaya terutama bagi generasi muda milenial.
Dengan sistem pengelolaan yang terintegrasi, repositori akan memudahkan proses seleksi, penilaian, dan klasifikasi konten, serta mekanisme perlindungan hak cipta dan privasi pengguna. Dengan demikian, konsep repositori untuk revitalisasi seni dan budaya Islam Indonesia merupakan sebuah upaya penting dan strategis dalam memajukan seni dan budaya Indonesia secara umum, tak hanya untuk masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat global lintas negara.
Revitalisasi dan Tantangan Zaman
Revitalisasi seni dan budaya juga mengacu pada upaya untuk memulihkan, memperbarui, dan menyegarkan kembali seni dan budaya Islam Indonesia yang mulai kurang mendapatkan perhatian di era modern ini. Revitalisasi bertujuan melestarikan warisan yang kaya dan unik, serta menjaga agar seni dan budaya tersebut tetap relevan dan bisa diapresiasi oleh generasi muda hari ini dan generasi mendatang.
Pada satu sisi, revitalisasi seni dan budaya Islam Indonesia menghadapi tantangan zaman modern yang kompleks. Di sisi lain, era digital dan globalisasi membawa perubahan besar dalam cara kita memandang seni dan budaya, dan hal ini memengaruhi nilai, pandangan, dan praktik seni dan budaya Islam.
Selain itu, adanya budaya konsumerisme dan materialisme juga menjadi tantangan dalam mempertahankan esensi seni dan budaya Islam yang seharusnya memiliki makna dan kebermaknaan. Dalam menghadapi tantangan ini, perlu adanya upaya kolaboratif yang melibatkan para seniman, budayawan, penyiar, ulama, dan juga pemerintah untuk menciptakan strategi yang tepat dalam mempertahankan dan memperkaya seni dan budaya Islam di Indonesia agar tetap relevan dengan zaman modern.
Meski banyak tantangan, rasa-rasanya langkah kolaboratif ini menjadi satu kunci utama dan menjamin keberhasilan yang diniatkan dalam melestarikan warisan seni dan budaya Islam di Indonesia. Apalagi, berbagai langkah kolaborasi tengah, telah, dan akan terus dilanjutkan dengan berbagai pihak terkait.
Sebagai satu kesatuan tugas dan fungsi pengembangan seni dan budaya Islam di Direktorat Penerangan Agama Islam Kementerian Agama ini, telah terjalin sinergi baru dengan penyiar Agama Islam. Tentu kehadiran Penyiar yang mendapatkan Pembinaan Kompetensi ini menjadi kekuatan baru bersama seniman dan budayawan yang telah terjalin sebelumnya.
Sebanyak 700-an Penyiar Agama Islam di 22 provinsi yang telah mendapatkan peningkatan kompetensi ini secara aktif merupakan aktor yang mempromosikan seni dan budaya di provinsinya masing-masing melalui konten-konten edukatif berdurasi singkat sehingga digandrungi generasi muda yang dipublikasikan di kanal media sosial Direktorat Penerangan Agama Islam.
Tentu ini baru langkah kecil. Namun, dalam konsep kolaborasi, sebuah hal besar tidak akan pernah dicapai kecuali melalui kumpulan langkah kecil. Persis seperti langkah seribu yang hanya bisa tercapai melalui langkah pertama. Dan momentum Idulfitri ini, tentu saja menyadarkan kembali ingatan kolektif bangsa bahwa seni dan budaya yang aktif dipromosikan para seniman, budayawan, dan penyiar merupakan alat pemersatu tanpa melihat asal suku, budaya, bahkan agama. Itulah salah satu makna penting Bhinneka Tunggal Ika yang terus disuburkan melalui Moderasi Beragama. (Ant)