Jakarta – Kesesuaian norma, standar, prosedur, dan kriteria yang baik adalah hal penting yang perlu diterapkan dalam menyusun buku. Hal itu mengingat buku sebagai jalan dalam membentuk peradaban yang maju bagi suatu bangsa.
Kepala Pusat Penilaian Buku Agama, Lektur, dan Literasi Keagamaan (Pusat PBAL2K), Sidik Sisdiyanto, melaporkan meski terdapat perubahan nomenklatur akan tetapi penilaian buku agama merupakan program yang sudah lama dan tetap terus berjalan.
Oleh karena itu, melelui penyelenggaraan kegiatan Review Pembahasan Regulasi (Petunjuk Teknis, Instrumen, dan SOP) Penilaian Buku Agama TA 2025 oleh Pusat PBAL2K diharapkan bisa memberi arah dalam mengambil kebijakan proses penilaian buku agama.
“Jadi, kami akan mereview ulang terkait juknis pelaksanaan penilaian buku, SOP, dan instrumen penilaian yang dihadiri 36 orang pada hari ini. Selain itu, kami juga meminta kepada Kepala Badan MBPSDM untuk melaunching logo Pusat PBAL2K serta arahan terkait Instruksi Presiden terkait kebijakan terbaru mengenai efisiensi anggaran,” ujar Kapus di Wisma Haji, Jakarta, Selasa (11/2/2025).
Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Prof. Dr. M Ali Ramdhani yang hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan tiga hal penting yang perlu diperhatikan bagi para reviewer. “Pertama adalah, merancang bangun buku yang berkualitas dengan memerhatikan norma kebermaknaan agar maksud yang ditujukan tidak salah,” ujarnya.
Kedua, lanjut Kaban, adalah tata tulis, menurutnya pilihan-pilihan diksi menjadi penting dalam penyususnan dan menciptakan kualitas buku. Terakhir, kemudahan keterbacaan khususnya bagi buku-buku pendidikan agama bagi sekolah-sekolah dasar dan menengah.
Lebih lanjut, Kaban juga menyoroti pentingnya bagi periview untuk memiliki kemampuan kontemporer di setiap bidang ilmu pada masa sekarang. “kita menekankan pada orang lain selalu adaptasi dan update jangan-jangan kita yang melakukan review buku juga harus update terhadap zaman masa kini,” Ujar Prof. Dhani.
Terakhir, Kaban menekankan bagi Pusat PBAL2K agar terus memberikan dukungan terhadap dua dari delapan program prioritas Menteri Agama, yaitu tentang kurikulum cinta dan ekoteologi. “Saya ingin buku kita adalah buku yang tidak menebar kebencian, berbeda adalah sesuatu hal yang biasa dengan adanya perbedaan kita memahami nikmati perbedaan seperti pada sebuah lukisan,” ucap Kaban.
Kegiatan tersebut ditutup dengan melakukan launching logo Pusat Penilaian Buku Agama, Lektur, dan Literasi Keagamaan (PBAL2K). Turut hadir dalam kegiatan tersebut Tim Penilaian Buku Agama, UIN Bandung, UIN Jakarta, UIN Banten, serta Tim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). (Red)