Jakarta – Program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) bagi calon pengantin yang digagas Kementerian Agama (Kemenag) terbukti meningkatkan partisipasi perempuan di dunia kerja serta mendorong kesetaraan peran dalam rumah tangga.

Temuan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan tim Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab (J-PAL) Gender and Economic Agency dari Harvard University, Dartmouth College, dan Australian National University. Studi tersebut dilakukan di lima Kantor Urusan Agama (KUA) di Kota Semarang pada September 2024.

Penelitian berjudul Dampak Konseling Pranikah terhadap Kesejahteraan Ekonomi dan Psikososial Perempuan: Sebuah Eksperimen Lapangan di Indonesia menemukan bahwa program Bimwin selama dua hari mampu meningkatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan hingga 11 persen. Perempuan yang mengikuti program ini lebih termotivasi untuk tetap bekerja setelah menikah, meskipun sebelumnya kerap menghadapi hambatan akibat pandangan tradisional tentang peran perempuan dalam rumah tangga.

Selain itu, program Bimwin juga berkontribusi dalam mengubah cara pandang laki-laki terhadap perempuan yang bekerja. Sebanyak 34 persen laki-laki yang mengikuti program ini mengubah pandangan mereka mengenai peran sebagai pencari nafkah utama, dan 42 persen mulai meninggalkan keyakinan bahwa perempuan harus tunduk dalam pengambilan keputusan rumah tangga.

Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Kemenag, Cecep Khairul Anwar mengatakan, program Bimwin efektif dalam memperkuat ketahanan keluarga.

“Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Bimwin tidak hanya mempersiapkan calon pengantin secara mental, tetapi juga membentuk pola pikir yang lebih setara terkait peran gender dalam rumah tangga dan dunia kerja. Ini merupakan langkah penting menuju keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah,” ujarnya di Jakarta, Senin (24/2/2025).

Cecep menambahkan, perubahan pola pikir pasangan terkait pembagian tugas rumah tangga menjadi faktor utama dalam menciptakan keharmonisan keluarga. Pasangan yang mengikuti program Bimwin lebih terbuka terhadap pembagian tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan anak. Selain itu, laki-laki menunjukkan keterlibatan lebih aktif dalam pekerjaan rumah tangga.

“Kesetaraan dalam pembagian peran rumah tangga merupakan fondasi penting bagi keharmonisan keluarga. Melalui bimbingan ini, kita dapat membangun kesadaran bahwa urusan rumah tangga adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas perempuan,” jelasnya.

Kasubdit Bina Keluarga Sakinah Kemenag, Zudi Rahmanto menambahkan, pihaknya akan memperluas implementasi program Bimwin ke lebih banyak daerah di Indonesia.

“Kami akan terus mengembangkan model bimbingan yang lebih adaptif, termasuk dengan pendekatan daring dan luring, sehingga manfaat program ini dapat dirasakan oleh lebih banyak pasangan,” katanya.

Zudi menekankan bahwa program Bimwin yang telah berjalan sejak 2017, bertujuan mempersiapkan calon pengantin dalam membangun keluarga yang sejahtera, harmonis, dan setara. Sesi Bimwin membekali peserta dengan pemahaman dan keterampilan dalam lima aspek utama, yakni Persiapan Keluarga Sakinah, Pengelolaan Psikologi dan Dinamika Keluarga, Pengelolaan Keuangan Keluarga, Penjagaan Kesehatan Reproduksi, dan Persiapan Generasi Berkualitas.

“Kami optimis, dengan penguatan program Bimwin, kita dapat membangun keluarga yang lebih tangguh, berdaya, dan harmonis di masa depan,” pungkasnya.

Penelitian ini juga mencatat bahwa sebagian besar pasangan yang mengikuti Bimwin sepakat bahwa pengasuhan anak dan tugas rumah tangga, seperti memasak dan berbelanja, merupakan tanggung jawab bersama. Hal ini menunjukkan bahwa program Bimwin tidak hanya berdampak pada peningkatan partisipasi perempuan di dunia kerja, tetapi juga dalam membangun keluarga yang lebih setara dan harmonis. (Red)