Bengkulu Utara, kabar86.com – Penetapan desa Rama Agung kecamatan kota Argamakmur kabupaten Bengkulu Utara sebagai miniatur kerukunan umat beragama oleh gubernur Rohidin Mersyah tanggal 21 Agustus lalu melalui surat keputusan gubernur Bengkulu, tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat masyarakat Bengkulu Utara pada khususnya dan bagi provinsi Bengkulu umumnya.
Dimana ditengah masyarakat yang majemuk dan berbeda agama masyarakat kita hidup rukun dan damai saling asih dan asuh dalam membangun Bengkulu Utara yang lebih baik, dengan motto Arga Makmur kota Terpadu, apalagi telah dibangunnya gapura kerukunan umat beragama yang megah dan elok.
Namun ada yang salah dalam penulisan aksara rejang pada tulisan selamat datang, ini tentu tidak pas jika dibaca oleh orang yang mengerti dan faham menulis dan membaca aksara rejang, hal ini disampaikan oleh pencinta dan pemerhati sekaligus budayawan rejang, Ansor Setia Budi yang akrab dipanggil dang Ansor. Yang juga merupakan salah satu penulis buku aksara rejang, kepada awak media beliau mengatakan :
“Penulisan aksara rejang atau huruf rejang pada tulisan selamat datang itu dibuat asal jadi, perlu kita ketahui huruf rejang itu cuma 19 huruf utama dan ada 14 tanda perubahan bunyi atau Tando ketikeak, sedangkan Alfabet dari huruf A sampai Z ada 26 huruf, jadi dalam penulisan huruf rejang ada huruf utama dan ada tanda perubahan bunyi yang harus kita gunakan, jika tanda perubahan bunyinya tidak tepat tentu akan berbeda makna, sama halnya dengan aksara Jawa misalnya Honocoroko, ada huruf utama ada tanda perubahan bunyi misalnya ada Taling ada tarung,nah begitu juga dengan aksara rejang ada tanda perubahan bunyi yang harus disertakan,”ujar Dang Ansor.
Beliau menambahkan tulisan pada gapura kerukunan umat beragama tersebut jika dibaca, sungguh tidak memiliki makana karena bacaanya menjadi “Lei a ma a ta da a ta a na ga,”ini tentu saja jauh sekali maknanya bagi orang yang tau cara membacanya, apalgi gapura ini berada ditengah pusat kota, karena banyak masyarakat rejang yang faham menulis dan membaca aksara leluhurnya tersebut, seharusnya pihak terkait berkoordinasi dengan orang yang mengerti menulis dan membaca huruf rejang, ini sangat kita sayangkan ,”ujarnya.
Dia menambahkan,
“saya berharap dalam waktu dekat pihak pengambil kebijakan cepat merubah tulisan tersebut karena ini aksara kuno yang perlu kita lestarikan dan kita kenalkan kegenerasi muda, agar tidak punah, saya mengapresiasi pemerintah daerah mau menonjolkan tulisan asli masyarakat suku rejang ini, tapi tentu dengan penulisan yang benar dan tepat, jika tidak tentu bisa saja ini menjadi ketersinggungan bagi pemilik tulisan itu sendiri dalam hal ini masyarakat suku rejang,” tutup Dang Ansor.
Sementara itu ketua harian Forum masyarakat Rejang Bengkulu Syarius Syarkawi yang juga merupakan anggota Forum Komunikasi Umat Beragama mengatakan, ini sangat disayangkan dalam penulisanya tidak berkoordinasi kepada pihak pihak terkait yang memahami akan aksara.
“ Ini sangat kita sayangkan mengapa pihak terkait tidak berkoordinasi kepada FKUB yang membidangi sehingga tidak terjadi kesalahan seperti itu, dan kita minta ini untuk segerah diperbaiki “ tutup Syarius.( *1)